Surabaya – Communications Carnival telah memasuki hari ke-3 (Rabu, 26 Juni 2013), Event utama hari ini adalah Talk Show bertema kan ”Bagaimana TV Lokal Bertahan Hidup Di tengah Dominasi TV Nasional”. Latar belakang penyelenggaraan talkshow ini adalah sebagai bentuk dukungan kepada televise lokal agar dapat menjadi ”tontonan” sekaligus “tuntunan” bagi masyarakat, selain itu sebagai upaya mendekatkan mahasiswa pada khususnya dan masyarakat pada umumnya pada televise lokal agar tidak mudah terhegemini oleh tayangan-tayangan yang tidak sesuai dengan budaya setempat di layar kaca.
Talk Show yang dihadiri oleh 3 (tiga) pembicara dari TV lokal di Jawa Timur, diantaranya dari MHTV Diwakili oleh bapak Eko Purwanto, BBS TV oleh bapak Wahyu Priambodo, JTV oleh bapak Imam Syafi’I, Ketiganya menjelaskan mengenai profil masing-masing televisi yang diwakilinya dan juga strategi yang digunakan untuk tetap bisa bertahan di tengah persaingan antar TV Lokal maupun persaingannya dengan TV Nasional. Mereka juga menyampaiakan “curhatan” mengenai sulitnya bersaing dengan TV Nasional akibat peraturan yang “tidak adil” yang di terapkan oleh KPID, misalnya terkait besarnya kekuatan jaringan yang mereka pasang, sehingga berpengaruh terhadap kualitas dan daya jangkau siaran mereka. Untuk menjelaskan mengenai kondisi pertelevisian yang sebenarnya di daerah Jawa Timur dan mengklarifikasi setiap permasalah yang dialami TV lokal di hadirkan juga pembicara dari KPID wilayah Jawa Timur yang diwakili oleh bapak Catur Suratnoadji.
Terjadi pembicaraan yang cukup menarik antar 4 orang tersebut, apalagi talk show ini di pandu oleh seorang moderator yang cukup fenomenal yaitu Yudi Kemal, sehingga banyak gelak tawa dan pertanyaan yang menggelitik dari audience peserta talk show ini. Seperti ketika salah seorang peserta melontarkan pertanyaan kepada perwakilan JTV mengenai penggunaan bahasa jawa “Ngoko” (baca: Kasar) di beberapa program JTV yang menurutnya justru memberikan efek buruk kepada anak-anak mengenai penggunaan bahasa sehari-hari. Dia menyarankan untuk lebih memilih memakai bahasa jawa “halus”(baca: krama) di setiap program acara yang mereka siarkan. Tapi ketika diprotes seperti itu perwakilan dari JTV justru menjawab dengan Guyonan yang agak vulgar dengan bahasa jawa “Kasar”, dan menganggap penggunaan bahasa tersebut merupakan hal yang wajar.
Di akhir acara ada penyerahan souvenir yang diwakili oleh ketua panitia Communication Carnival bapak Ir.Didik Tranggono, M.Si kepada ke 4 (empat) pembicara tersebut. Rangkaian Communication Carnival masih akan diadakan 2 hari lagi, dimana akan ada kegiatan Bazaar, Band Performance, dan Kuliah Tamu dengan tema “Provider Market Strategy” yang akan menghadirkan profesional marketing communications dari empat provider besar di Indonesia, Telkomsel, XL Axiata, Indosat dan Axis. (Sendy Denny S)